Pandemi saat ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan kita, terutama kesehatan mental dan psikologis kita. Mungkin ada pertanyaan di benak kita, bagaimana cara mengubah hidup? Atau kita melihat ada orang yang lebih mudah sukses dibandingkan dengan kita? Apa rahasianya?

1 hal yang menarik, dari Buku Learned Optimism karya Martin Seligman seorang Bapak Positive Psychology, bahwa dengan belajar Optimis, kita dapat membuka peluang masa depan menjadi lebih terbuka. Seringkali, ketika menghadapi suatu peristiwa negatif, kita akan mengembangkan perspektif optimis atau pesimis.

Perbedaan antara optimis dan pesimis:

1. Orang yang pesimis, akan memandang suatu hal negatif menjadi hal yang permanen sementara orang yang optimis akan memandangnya sebagai hal yang sementara.

2. Orang pesimis, melihat hal yang negatif dan mudah mengeneralisir sebagian untuk keseluruhan, sementara orang yang optimis akan melihat hal negatif dengan sesuatu yang spesifik.

3. Orang pesimis, ketika ada hal buruk yang terjadi disebabkan karena dirinya, tapi kalau ada kejadian yang baik, bisa terjadi karena faktor eksternal. Sedangkan orang optimis melihat dengan cara yang kebalikan.


Ada penelitian yang menarik dari Scheier, Carver, & Bridges pada tahun 1994, yang menambahkan faktor realistis VS fantasi atau ilusi dalam membandingkan sikap
optimis dan pesimis.

Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa
optimisme yang realistis ternyata memberikan semangat seseorang menjadi tidak terlalu berlebihan namun tetap dapat menerima kenyataan, jika dibandingkan dengan optimisme yang tidak realistis atau berdasarkan ilusi.

Jadi, penting bagi manusia untuk memiliki sikap yang optimis, namun tetap realistis dengan menerima keadaan yang terjadi.


“Orang pandai, belajar dari kesalahannya sendiri.
 Orang bijak, belajar dari pengalaman orang lain,
 tapi orang bodoh tidak belajar apa-apa.”


pict from Google